hub.sanitasi lingkunga dan hygiene perorangan dengan kejadian demam tyipoid wilayah kerja.....

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini sebagai berikut “Apakah ada hubungan antara Sanitasi Lingkungan dan Hygiene Perorangan dengan Kejadian Infeksi Kecacingan pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kelurahan Mangga Dua Kecamatan Kendari.

ASKEP BBLR

LAPORAN PENDAHULUAN

BBLR

DI RUANG KEBIDANAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : RINO ARDILA

TINGKAT : III B

YAYASAN PENDIDIKAN SETIH SETIO

AKADEMI KEPERAWATAN SETIH SETIO MUARA BUNGO

TAHUN AKADEMIK 2009/2010

BBLR(BERAT BADAN LAHIR RENDAH)

Definisi

BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gram/ lebih rendah (WHO 1961)

Klasifikasi BBLR

v Prematuritas murni

Masa Gestasi kurang dari 37 minggu dan Bbnya sesuai dengan masa gestasi.

v Dismaturitas

BB bayi yang kurang dari BB seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya.

2. Etiologi

a. Faktor ibu

Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik dll)

Faktor usia

Keadaan sosial

b. Faktor janin

Ø Hydroamnion

Ø Kehamilan multiple/ganda

Ø Kelainan kromosom

c. Faktor Lingkungan

Ø Tempat tinggal didataran tinggi

Ø Radiasi

Ø Zat-zat beracun

3. Patofisiologi?

4. Gejala Klinis

v BB <>

Pb <>

Lingkar dada <>

Lingkar kepala <>

5. Pem. Penunjang

Analisa gas darah

6. Komplikasi

v RDS

v Aspiksia

7. Penatalaksanaan medis

v Pemberian vitamin K

v Pemberian O2

8. Askep Pengkajian

v Tanda-tanda anatomis

¨ Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak jaringan sedikit (tipis).

¨ Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari

¨ Pada bayi laki-laki testis belum turun.

¨ Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol.

v Tanda fisiologis

¨ Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.

¨ Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.

Penyebabnya adalah :

o Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna.

o Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu.

o Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.

9. Diagnosa Keperawatan

  1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler.
  2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.
  3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
  4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
  5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
  6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Perencanaan

1.

Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dn neuro muscular

Pola nafas efektif .

Kriteria Hasil :

¨ RR 30-60 x/mnt

¨ Sianosis (-)

¨ Sesak (-)

¨ Ronchi (-)

¨ Whezing (-)

1. Observasi pola Nafas.

2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas

3. Observasi adanya sianosis.

4. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.

5. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.

6. Beri O2 sesuai program dokter

7. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.

8. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.

9. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.

2

Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu dan berkurangnya lemak subcutan didalam tubuh.

Suhu tubuh kembali normal.

Kriteria Hasil :

¨ Suhu 36-37 C.

¨ Kulit hangat.

¨ Sianosis (-)

¨ Ekstremitas hangat.

§ Observasi tanda-tanda vital.

§ Tempatkan bayi pada incubator.

§ Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.

§ Monitor tanda-tanda Hipertermi.

§ Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.

§ Ganti pakaian setiap basah.

§ Observasi adanya sianosis.

3.

Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)

Infeksi tidak terjadi.

Kriteria Hasil :

¨ Suhu 36-37 C

¨ Tidak ada tanda-tanda infeksi.

¨ Leukosit 5.000 – 10.000

§ Kaji tanda-tanda infeksi.

§ Isolasi bayi dengan bayi lain

§ Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.

§ Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.

§ Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.

§ Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih/steril.

§ Kolaborasi dengan dokter.

§ Berikan antibiotic sesuai program.

4.

Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi (Imaturitas saluran cerna)

Nutrisi terpenuhi setelah

Kriteria hasil :

¨ Reflek hisap dan menelan baik

¨ Muntah (-)

¨ Kembung (-)

¨ BAB lancar

¨ Berat badan meningkat 15 gr/hr

¨ Turgor elastis.

§ Observasi intake dan output.

§ Observasi reflek hisap dan menelan.

§ Beri minum sesuai program

§ Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak ada.

§ Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.

§ Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral

§ Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.

§ Timbang BB setiap hari.

5

Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.

Gangguan integritas kulit tidak terjadi

Kriteria hasil :

¨ Suhu 36,5-37 C

¨ Tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit.

¨ Tanda-tanda infeksi (-)

§ Observasi vital sign.

§ Observasi tekstur dan warna kulit.

§ Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic.

§ Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.

§ Jaga kebersihan kulit bayi.

§ Ganti pakaian setiap basah.

§ Jaga kebersihan tempat tidur.

§ Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.

§ Monitor suhu dalam incubator.

6.

Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan kondisi krisis.

Cemas berkurang

Kriteria hasil :

Orang tua tampak tenang

Orang tua tidak bertanya-tanya lagi.

Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan.

§ Kaji tingkat pengetahuan orang tua

§ Beri penjelasan tentang keadaan bayinya.

§ Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya.

§ Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua.

§ Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi pulang.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.

Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Gaffar, Jumadi. L.O. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.

Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke dua.Bandung : FKU Padjadjaran.

Irianto, Kus. Drs. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung : Yrama Widya.

Laksman, Hendra, T. Dr. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambaran.

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.

Rabu, 18 Agustus 2010

kti yeni cemen

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).

Program pelayanan keluarga berencana (KB) mempunyai arti penting dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sejahtera, disamping program pendidikan dan kesehatan. Kesadaran mengenai pentingnya kontrasepsi di Indonesia masih perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya peningkatan jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2015 (BKKBN, 2008) (http://Gudangmakalah.blogspot.com).

Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan "Keluarga Berkualitas Tahun 2015". Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (http://Gudangmakalah.blogspot.com).

Metode KB yang dapat digunakan terdiri dari 3 macam yaitu metode kontrasepsi sederhana (kondom, spermiside, koitus interuptus, keluarga berencana alami, diafragma), metode kontrasepsi efektif (pil, suntikan, implan, IUD/AKDR) dan metode kontrasepsi mantap (Suratun, 2008).

Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan kaum ibu adalah KB suntik, ini disebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah. Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan. Namun demikian KB suntik juga mempunyai banyak efek samping, seperti amenorea (30%), spoting (bercak darah) dan menoragia, dan dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala (<1-17%) (pusing), galaktorea (90%), perubahan berat badan (7-9%) (http://stasiunbidan.blogspot.com/2009).

Program KB di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dan diakui keberhasilannya di tingkat Internasional. Hal ini terlihat dari meningkatnya angka keikut sertaan ber-KB dari 57% tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Menurut hasil Mini Survey BKKBN, keikut sertaan ber-KB tahun 2006 telah mencapai 67%. Pencapaian target ini diikuti oleh tuntutan dan peningkatan kualitas pelayanan KB dan pengayoman medis untuk memenuhi cakupan sasaran yang ingin dicapai sebesar 70% dari pasangan usia subur yang mendapatkan pelayanan KB dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 (Depkes RI, 2003).

Pemakaian metode kontrasepsi suntik memperlihatkan kecenderungan peningkatan pada beberapa kurun waktu terakhir ini. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, pola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu suntik sebesar 31,6 %, pil sebesar 13,2 %, IUD sebesar 4,8 %, implant 2,8 %, kondom sebesar 1,3 %, kontap wanita (Medis Operasi Wanita-MOW) sebesar 3,1 % dan kontap pria (Medis Operasi Pria-MOP) sebesar 0,2 %, pantang berkala 1,5 %, senggama terputus 2,2 % dan metode lainnya 0,4 %. Terjadi kenaikan pemakaian metode kontrasepsi suntik dari tahun 1991 sampai 2007. Pada tahun 1991 terdapat 11,7 %, 1994 menjadi 15,2 %, 1997 menjadi 21,1 %, 2003 menjadi 27,8 % dan 2007 mencapai 31,6 % (BKKBN, 2008) (http://Gudangmakalah.blogspot.com).

Jumlah akseptor KB di propinsi Jambi selama Januari 2010 ada sebanyak 440.133 akseptor KB aktif. Sedangkan di kabupaten Bungo mencapai 52.721 akseptor (http://www.jambiekspres.co.id).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas I Muara Bungo tahun 2009, terdapat 3205 orang peserta KB aktif yang memakai KB suntik di Kecamatan Pasar Bungo. Sedangkan di Kelurahan Tanjung Gedang terdapat 463 orang yang menggunakan kontrasepsi suntik.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidan Kelurahan Tanjung Gedang dari Juli 2009 sampai Juni 2010 terdapat 32 akseptor KB yang aktif menggunakan alat kontrasepsi suntik dan aktif melakukan suntik ulang di bidan Kelurahan Tanjung Gedang serta menetap menggunakan salah satu jenis alat kontrasepsi suntik. Dari hasil survey awal terhadap 10 orang ibu yang menjadi akseptor KB suntik, 4 orang ibu memakai KB suntik satu bulan dan 6 orang ibu memakai KB suntik tiga bulan. Dari survey tersebut mereka mengatakan mengalami kenaikan berat badan setelah menggunakan kontrasepsi suntik.

Berdasarkan dari uraian di atas, peneliti tertarik meneliti ”Perbedaan Peningkatan Berat Badan Akseptor KB Yang Memakai Kontrasepsi Suntik Satu Bulan Dengan Kontrasepsi Suntik Tiga Bulan Di Kelurahan Tanjung Gedang Kecamatan Pasar Bungo Wilayah Kerja Puskesmas I Muara Bungo Tahun 2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah di jelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya ”Perbedaan Peningkatan Berat Badan Akseptor KB Yang Memakai Kontrasepsi Suntik Satu Bulan Dengan Kontrasepsi Suntik Tiga Bulan Di Kelurahan Tanjung Gedang Kecamatan Pasar Bungo Wilayah Kerja Puskesmas I Muara Bungo Tahun 2010”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Perbedaan Peningkatan Berat Badan Akseptor KB Yang Memakai Kontrasepsi Suntik Satu Bulan Dengan Kontrasepsi Suntik Tiga Bulan Di Kelurahan Tanjung Gedang Kecamatan Pasar Bungo Wilayah Kerja Puskesmas I Muara Bungo Tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi kontrasepsi suntik satu bulan dan kontrasepsi suntik tiga bulan.

b. Diketahuinya Mean, Median, Modus, dan Standar Deviasi kontrasepsi suntik satu bulan.

c. Diketahuinya Mean, Median, Modus, dan Standar Deviasi kontrasepsi suntik tiga bulan.

d. Diketahuinya perbedaan peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dengan kontrasepsi suntik tiga bulan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas I Muara Bungo

Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan memberikan masukan dalam memberikan penyuluhan.

2. Bagi Institusi AKPER Setih Setio Muara Bungo

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan yang dapat memberi masukan dan menambah wawasan bagi mahasiswa dan tenaga kesehatan lainnya.

3. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau sumber untuk penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat komparatif (perbandingan atau perbedaan) dengan uji beda dua mean independen yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dengan kontrasepsi suntik tiga bulan. Instrumen dan alat dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah timbangan berat badan dan buku register peserta KB.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu peserta KB aktif yang menetap menggunakan salah satu jenis kontrasepsi suntik dan melakukan suntik ulang pada Bidan Kelurahan Tanjung Gedang yaitu berjumlah 32 orang. Penelitian ini bertempat di Kelurahan Tanjung Gedang Kecamatan Pasar Bungo. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Juli-27 Juli 2010.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KELUARGA BERENCANA

1. Pengertian

Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun ,2008).

2. Manfaat Keluarga Berencana

a. Untuk ibu

Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran, ibu mendapatkan manfaat berupa:

1) Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek.

2) Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak untuk beristirahat dan menikmati waktu terluang serta melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.

b. Untuk anak-anak yang akan dilahirkan

1) Anak yang akan dilahirkan dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya berada dalam keadaan sehat.

2) Sesudah lahir anak tersebut akan memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup, karena kehadiran anak tersebut memang diiinginkan dan direncanakan.

c. Untuk anak-anak yang lain

1) Memberi kesempatan kepada mereka agar perkembangan fisiknya lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga.

2) Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat di berikan oleh ibu untuk setiap anak.

3) Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata.

d. Untuk ayah

1) Memperbaiki kesehatan fisiknya.

2) Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta lebih banyak waktu terluang untuk keluarganya.

e. Untuk seluruh keluarga

Kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga tergantung dari kesehatan seluruh anggota keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk memperoleh pendidikan.

(Depkes RI, 1994).

B. KONTRASEPSI

1. Pengertian

Kontrasepsi berasal dari kata kontra bearti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan sel telur (sel wanita) yang matang dengan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan terjadinya kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Suratun, 2008).

Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak. (http://harnawatiaj.wordpress.com).

2. Cara Pelaksanaan Kontrasepsi

Menurut cara pelaksanaan kontrasepsi ada dua:

a. Cara temporer (Kontrasepsi spacing)

Yaitu menjarangkan kehamilan selama beberapa tahun sebelum hamil.

b. Cara permanen (Kontrasepsi mantap)

Yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen, pada wanita disebut sterilisasi dan pada pria disebut vasektomi.

3. Cara kerja kontrasepsi

Bermacam- macam tetapi pada umumnya berfungsi:

a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.

b. Melumpuhkan sperma.

c. Menghalangi pertemuan sel telur dan sperma.

(Depkes RI, 1994).

4. Metode Kontrasepsi

Pada umumnya metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi:

a. Metode kontrasepsi efektif

1) Pil KB.

2) AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)/ IUD.

3) Suntik KB.

4) Implan (susuk).

b. Metode Mantap

1) Metode operasi wanita (MOW/ TUBEKTOMI).

2) Metode operasi pria (MOP/ VASEKTOMI).

c. Metode sederhana

1) Tanpa alat/obat

a) Senggama terputus.

b) Pantang berkala.

2) Dengan alat/obat

a) kondom

b) diafragma

c) cream dan jelly

d) tablet vagina

(Suratun, 2008).

C. KONTRASEPSI SUNTIK

1. Pengertian

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman. (http://harnawatiaj.wordpress.com).

Kontrasepsi suntik merupakan suatu tindakan invasif karena menembus pelindung kulit, penyuntikan harus dilakukan hati-hati dengan teknik aseptik untuk mencegah infeksi (Sarwono, 2003).

2. Jenis kontrasepsi suntik

a. Depo Provera (suntikan 3 bulan)

Adalah medroxyprogesterone yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral / mempunyai efek progesteron yang kuat dan sangat efektif.

1) Komposisi

Suspensi Steril Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) dalam air:

a) Tiap vial berisi 3 ml suspensi (150 mg Medroxy Progesteron Acetat).

b) Tiap vial berisi 1 ml suspensi (150 mg Medroxy Progesteron Acetat).

2) Waktu Pemberian dan Dosis

Disuntikkan dalam dosis 150 mg/cc sekali 3 bulan. Suntikan harus l ama pada otot bokong musculus gluceus agak dalam.

3) Efektivitas

Efektivitas tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan tiap tahun asal penyuntikan dilakukan secara teratur.

(http://dhila31.blogspot.com/2010).

b. Cyclofem (suntikan 1 bulan)

Adalah suntikan kombinasi 25 mg depomedroxy progesterone acetat dan 5 mg estradiol cyplonate.

1) Komposisi

Tiap ml suspensi dalam air mengandung:

a) Medroxy progesteron acetat 50 mg.

b) Estradiol cypionate 10 mg.

2) Waktu pemberian dan dosis

Disuntikkan dalam dosis 50 mg noretindrom enantat dan 5 mg estradiol valerat yang diberikan melalui IM sebulan sekali.

3) Efektivitas

Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan/1000 wanita) selama tahun pertama penggunaan.

(http://dhila31.blogspot.com/2010).

3. Cara Kerja Kontrasepsi Suntik

Cara kerja kontrasepsi suntik yaitu:

a. Mencegah lepasnya sel telur dan indung telur wanita.

b. Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga menghambat spermatozoa (sel mani) masuk ke dalam rahim.

c. Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk kehamilan.

(Suratun, 2008).

4. Keuntungan Kontrasepsi Suntik :

Keuntungan kontrasepsi suntik yaitu:

a. Sangat efektif sebagai kontrasepsi karena angka kegagalannya kurang dari 1%.

b. Praktis, efektif dan aman.

c. Tidak mempengaruhi ASI, cocok digunakan untuk ibu menyusui.

(Suratun, 2008).

5. Kerugian Kontrasepsi Suntik :

Kerugian kontrasepsi suntik yaitu:

a. Perubahan pola haid biasanya pada tahun pertama pemakaian.

b. Perdarahan bercak, dapat lama.

c. Jarang terjadi perdarahan yang banyak.

d. Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang).

e. Menaikkan Berat Badan.

f. Dapat menyebabkan (tidak pada semua akseptor) sakit kepala, nyeri payudara, "moodiness" (perubahan mood/perasaan), jerawat, kurangnya libido seksual, rambut rontok.

(http://ictjogja.net).

6. Efektifitas kontrasepsi suntik

Adapun efektifitas kontrasepsi suntik adalah sebagai berikut:

a. Baik DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakaian NET EN .

b. Kontrasepsi suntikan sama efektifnya seperti pil.

c. Dosis DMPA dengan daya kerja kontraseptif yang paling sering dipakai 150 mg setiap 3 bulan adalah dosis yang tinggi. Setelah suntikan 150 mg DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu, sehingga terhadap periode waktu atau kelonggaran selama 2 minggu untuk akseptor DMPA yang disuntik ulang setiap bulan.

d. Penelitian dalam skala kecil menemukan bahwa dosis lebih rendah dari DMPA 100 mg sekali setiap bulan hampir sama efektifnya dengan suntikan 150 mg dengan angka kegagalan 0,44 per 100 wanita per tahun.

e. NET EN 200 mg lebih efektif bila diberikan dalam jarak waktu yang lebih pendek. Penyuntikan sekali setiap 8 minggu, angka kegagalan 0,4 -1,8 per 100 wanita per tahun.

f. Masa kerja NET EN lebih singkat dari pada DMPA, sehingga tidak terdapat tenggang waktu atau kelonggaran untuk akseptor NET EN yang terlambat suntik.

(Hartanto, Hanafi, 1994).

7. Cara penyuntikan kontrasepsi suntik

Cara penyuntikannya adalah sebagai berikut:

a. Pada otot (Intra Muskuler).

b. Pada otot bokong (gluteus, yang dalam bekas suntikan ditutup dengan plaster untuk mencegah keluarnya obat).

c. Pada otot pangkal lengan (deltoid)

(http://Gudangmakalah.blogspot.com).

8. Waktu pemberian kontrasepsi suntik

Waktu pemberian kontrasepsi suntik yaitu:

a. Setelah melahirkan : hari ke 3 – 5 pasca salin dan setelah ASI berproduksi.

b. Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari setelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi).

c. Dalam masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5 masa haid.

(http://Gudangmakalah.blogspot.com).

9. Indikasi penggunaan kontrasepsi suntik

Indikasi dari penggunaan kontrasepsi suntik:

a. Ibu-ibu yang termasuk masa subur.

b. Ibu-ibu yang menyusui.

c. Ibu dengan riwayat siklus haid teratur.

(http://dhila31.blogspot.com).

10. Kontra indikasi penggunaan kontrasepsi suntik

Kontra indikasi dari penggunaan kontrasepsi suntik:

a. Hamil atau diperkirakan hamil.

b. Perdarahan akibat kelainan ginekologi atau perdarahan dari liang senggama yang tidak diketahui penyebabnya.

c. Adanya tanda-tanda tumor atau keganasan.

d. Adanya riwayat penyakit jantung, hati, tekanan darah tinggi, kencing manis (penyakit metabolisme), penyakit paru berat.

(Suratun, 2008).

11. Efek samping kontrasepsi suntik

Efek samping kontrasepsi suntik menurut (Suratun, 2008):

a. Gangguan Haid

Gejala dan keluhannya :

1) Amenorea

tidak datangnya haid selama akseptor mengikuti suntikan KB selama tiga bulan berturut-turut atau lebih.

2) Spotting

bercak-bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB suntik.

3) Metrorhagie

perdarahan yang berlebihan di luar siklus haid.

4) Menometorhagie

datangnya darah haid yang berlebihan jumlahnya tetapi masih dalam siklus haid.

Penanggulangannya:

1) Memberikan penjelasan kepada calon akseptor suntik bahwa pemakaian suntik dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut adalah akibat pengaruh hormon suntikan. Biasanya gejala-gajala perdarahan tidak berlangsung lama. Bila terjadi Amenorhoe, berikan penjelasan dengan baik. Apabila pasangan tidak bisa menerima dan menginginkan haid setiap bulan sebaiknya ganti cara dengan pil atau kontrasepsi lainnya.

2) Bila terjadi perdarahan, dapat pula diberikan preparat estrogen misalnya: Lynoral 2x1 sehari sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan berhenti, dapat diberikan ”tapering of” (1x1 tablet) selama beberapa hari.

b. Keputihan

Gejala dan keluhannya :

Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang senggama dan terasa mengganggu. Ini jarang terjadi pada peserta suntik, tidak berbahaya kecuali bila berbau, panas dan terasa gatal sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lengkap untuk mengetahui adanya infeksi, jamur atau kandida.

Penanggulangannya:

1) Jelaskan bahwa peserta suntik jarang terjadi keputihan. Apabila hal ini terjadi juga harus dicari penyebabnya dan diberikan pengobatannya. konseling sebaiknya dilakukan sebelum peserta ikut KB suntik.

2) Anjurkan untuk menjaga kebersihan alat genitalia dan pakaian dalam agar tetap bersih dan kering.

3) Bila keputihan sangat mengganggu sebaiknya dirujuk untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

c. Jerawat

Gejala dan keluhannya :

Timbulnya jerawat diwajah atau badan, dapat disertai infeksi.

Penanggulangannya:

Pemberian vitamin A dan vitamin E dosis tinggi. Bila disertai infeksi dapat diberikan preparat tetracycline 250mg 2x1 kapsul selama 1 atau 2 minggu.

d. Perubahan Libido

Gejala dan keluhannya :

Menurunnya atau meningkatnya libido akseptor. Hal ini bersifat subjektif dan sulit dinilai.

Penanggulangannya:

Menjelaskan kepada klien kemungkinan hal ini, dan sifatnya yang subjektif. perubahan libido bisa disebabkan banyak faktor, sebaiknya klien dianjurkan memperbaiki keadaan umum termasuk kesehatan dan bila perlu konsultasi ke psikolog.

e. Perubahan Berat Badan

Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg - 5 kg dalam tahun pertama (Hartanto, 1994).

Penyebabnya belum terlalu jelas, terjadinya kenaikan berat badan kemungkinan disebabkan karena hormone progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan napsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntik dapat menyebabkan bertambahnya berat badan.

Gejala dan keluhannya :

Berat badan bertambah beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah pemakaian suntikan KB.

Penanggulangannya:

1) Jelaskan kepada akseptor KB suntik bahwa kenaikan dan penurunan BB adalah salah satu efek samping dari pemakaian suntik, akan tetapi tidak selalu perubahan berat badan tersebut diakibatkan dari pemakaian suntik KB. Kenaikan berat badan dapat disebabkan oleh hal-hal lain, namun dapat pula terjadi penurunan BB.

2) Pengaturan diet merupakan pilihan yang utama. Dianjurkan untuk melaksanakan diet rendah kalori disertai olahraga, seperti olahraga teratur dan sebagainya. Bila terlalu kurus dianjurkan untuk diet tinggi kalori, bila tidak berhasil, dianjurkan untuk ganti cara ke kontrasepsi non hormonal.

f. Pusing dan sakit kepala

Gejala dan keluhannya :

Rasa berputar-putar/sakit dikepala, yang dapat terjadi pada satu sisi atau kedua sisi atau seluruh bagian kepala. Biasanya bersifat sementara .

Penanggulangannya:

1) Jelaskan secara jujur kepada calon akseptor bahwa kemungkinan tersebut mungkin ada, tetapi jarang terjadi. Biasanya bersifat sementara.

2) Pemberian anti prostaglandin atau obat mengurangi keluhan, misalnya : Asetosal 500mg 3x1 tablet/hari atau paracetamol 500 mg 3x1.

3) Bila tidak ada perubahan ganti cara kontrasepsi non hormonal.

g. Hematoma

Gejala dan keluhannya :

Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan dibawah kulit.

Penanggulangannya:

1) Jelaskan kepada calon akseptor mengenai kemungkinan yang dapat terjadi.

2) Kompres pada daerah yang membiru dengan kompres hangat hingga warna biru / kuning hilang.

BAB III

KERANGKA KONSEP, VARIABEL, DEFENISI

OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini bersifat komparatif (perbandingan atau perbedaan) dengan uji beda dua mean independen yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dengan kontrasepsi suntik tiga bulan. Rancangan penelitian ini menggunakan uji T independen.

Berikut gambar kerangka konsep :

Kerangka konsep

Peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik tiga bulan

Peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan

B. Variabel Dan Defenisi Operasional

1. Variabel

a. Berat badan.

b. Jenis kontrasepsi suntik

2. Defenisi Operasional

a. Berat badan adalah hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan.

b. Jenis kontrasepsi suntik adalah suatu jenis alat atau zat yang membantu mencegah terjadinya kehamilan yang dapat diberikan melalui penyuntikan tiap bulan maupun tiap tiga bulan yang lama pemakaiannya sama (sudah satu tahun).

C. Hipotesis

Ha : Ada perbedaan peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dengan kontrasepsi suntik tiga bulan.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam,2003).

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan pendekatan comparative study atau study perbandingan untuk melihat perbedaan peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dengan kontrasepsi suntik tiga bulan.

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003).

Populasi dalam penelitian ini adalah akseptor KB suntik aktif di Kelurahan Tanjung Gedang dengan jumlah kunjungan dari Juli 2009 sampai 2010 sebanyak 32 orang yang masih aktif dan menetap sampai sekarang memakai salah satu jenis kontrasepsi suntik (jenis kontrasepsi suntik satu bulan atau jenis kontrasepsi suntik tiga bulan), dan menetap melakukan suntik ulang pada Bidan Kelurahan Tanjung Gedang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2003).

Sampel dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada populasi yang ada yang berjumlah 32 orang. Karena jumlah populasi kurang dari 100 maka diambil total populasi yang berjumlah 32 orang.

Adapun kriteria sampel :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,2003).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Akseptor KB suntik yang bersedia menjadi responden.

2) Akseptor KB suntik yang ada saat penelitian.

3) Akseptor KB suntik yang aktif dan menetap melakukan suntik ulang pada Bidan Kelurahan Tanjung Gedang.

4) Akseptor KB suntik yang menetap memakai salah satu jenis kontrasepsi suntik (jenis kontrasepsi suntik satu bulan atau jenis kontrasepsi suntik tiga bulan).

5) Akseptor KB suntik yang lama pemakaian kontrasepsi suntik sama (sudah satu tahun).

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria eksklusi dari study (Nursalam, 2003).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Akseptor KB suntik yang tidak bersedia menjadi responden.

2) Akseptor KB suntik yang tidak ada saat penelitian.

3) Akseptor KB suntik yang tidak aktif dan tidak menetap melakukan suntik ulang tidak pada Bidan Kelurahan Tanjung Gedang.

4) Akseptor KB suntik yang tidak menetap memakai salah satu jenis kontrasepsi suntik (jenis kontrasepsi suntik satu bulan atau jenis kontrasepsi suntik tiga bulan).

5) Akseptor KB suntik yang lama pemakaian kontrasepsi suntik tidak sama.

C. Pengukuran Dan Cara Pengamatan Variabel

Variabel

Definisi Operasional

Skala Ukur

Alat Ukur/Cara Ukur

Hasil Ukur

Berat badan

Berat badan adalah hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan timbangan berat

Badan

Rasio

Alat ukur:

Timbangan Berat Badan

Cara ukur:

Penimbangan berat badan dan Observasi

Kg

Jenis

Kontrasepsi suntik

Jenis kontrasepsi suntik adalah suatu jenis alat atau zat yang dapat membantu mencegah terjadinya

kehamilan yang dapat diberikan melalui penyuntikan tiap bulan maupun tiap tiga bulan yang lama pemakaiannya sama (sudah satu tahun)

Nominal

Alat Ukur:

Buku register

Peserta KB

Cara Ukur:

Observasi

Ø Kontrasepsi suntik satu bulan

Ø Kontrasepsi suntik tiga bulan

(Suratun, 2008)

D. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung yang dilakukan oleh peneliti terhadap responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara langsung dari Puskesmas I Muara Bungo dan data yang diperoleh secara langsung dari Bidan Kelurahan Tanjung Gedang.

E. Tekhnik Pengolahan Data Dan Analisa Data

Untuk pengumpulan data, peneliti dapatkan langsung dari responden dengan menggunakan lembar observasi yaitu dengan cara melakukan penimbangan berat badan akseptor KB suntik, Selain itu data juga didapatkan dari buku register dan kartu peserta KB.

1. Pengolahan Data

a. Editing

Setelah data didapatkan, peneliti memeriksa kembali data-data yang sudah ada. Apakah data tersebut sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten (Hastono, 2001).

b. Coding

Memberikan kode terhadap alternatif variabel yang akan diobservasi, untuk jenis kontrasepsi suntik satu bulan diberi kode 1 dan untuk jenis kontrasepsi suntik tiga bulan diberi kode 2.

c. Proccessing

Setelah melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data ke paket program komputer. Salah satu paket program yang sudah umum digunakan untuk entry data adalah paket program SPSS for window.

d. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry ke komputer.

2. Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan, dimana tujuan pokok penelitian ini adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam mengungkapkan fenomena (Nursalam, 2003).

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk mendeskripsikan variabel penelitian guna memperoleh gambaran atau karakteristik sebelum dilakukan analisa bivariat.

Untuk variabel jenis kontrasepsi, analisa univariat yang digunakan adalah distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus :

F

P = x 100 %

N

Keterangan : P = Persentase

F = Frekuensi jumlah kontrasepsi suntik yang digunakan

N = Jumlah sampel

(Notoatmodjo, 2000).

Untuk variabel berat badan analisa univariat yang digunakan adalah:

1) Mean

Mean adalah ukuran rata-rata yang merupakan hasil bagi dari semua nilai pengukuran dibagi oleh banyaknya pengukuran

Untuk mencari Mean berat badan dari penggunaan kontrasepsi suntik satu bulan dan kontrasepsi suntik tiga bulan.

Dengan menggunakan rumus:

f

X =

N

Keterangan : X = Mean

f = Jumlah nilai pengukuran

N = Banyaknya pengukuran

2) Median

Median adalah nilai setengah banyaknya pengamatan mempunyai nilai dibawahnya dan setengahnya lagi mempunyai nilai di atasnya (Budiarto, 2001).

Untuk mencari Median berat badan dari penggunaan kontrasepsi suntik satu bulan dan kontrasepsi suntik tiga bulan dengan menggunakan rumus:

n + 1

Md =

2

Keterangan : Md = Median

n = Jumlah sampel

3) Modus

Modus adalah nilai pengamatan yang mempunyai frekuensi atau jumlah terbanyak (Budiarto, 2001).

4) Standar deviasi

Standar deviasi (simpangan baku) adalah penyimpangan atau selisih nilai hasil pengamatan yang merupakan hasil bagi dari jumlah seluruh selisih nilai hasil pengamatan rata-rata yang telah dipangkatkan dua dibagi dengan jumlah pengamatan kemudian ditarik akarnya (Budiarto, 2001).

Untuk mencari Standar Deviasi berat badan dari penggunaan kontrasepsi suntik satu bulan dan kontrasepsi suntik tiga bulan dengan menggunakan rumus:


( X - µ )²

SD =

n

Keterangan :

SD = Standar Deviasi

X = Hasil Pengamatan

µ = Rata-rata

n = Banyaknya Pengamatan

b. Analisa bivariat

Analisa data ini menggunakan program spss for window dengan menggunakan uji T independen untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dengan kontrasepsi suntik tiga bulan. Dalam hal ini p value ditentukan oleh nilai (2-tailed). Apabila P value <0.05 maka terdapat perbedaan peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dengan kontrasepsi suntik tiga bulan, maka Ha diterima dan Ho ditolak.

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada responden yang memakai alat kontrasepsi suntik satu bulan dan kontrasepsi suntik tiga bulan untuk periode dari bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Juni 2010. dalam penelitian ini sampel berjumlah 32 responden. Sesuai dengan tujuan khusus dalam penelitian ini, adapun hasil yang didapat adalah sebagai berikut :

A. Analisa Univariat

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi penggunaan kontrasepsi suntik satu bulan dan kontrasepsi suntik tiga bulan di Kelurahan Tanjung Gedang Kecamatan Pasar Bungo wilayah kerja Puskesmas I Muara Bungo tahun 2010.

No

Jenis Kontrasepsi Suntik

Frekuensi

Persentase (%)

1

2

Suntik satu bulan

Suntik tiga bulan

16

16

50 %

50 %

Total

32

100 %

Berdasarkan tabel 5.1 di atas didapat hasil bahwa dari 32 responden, sama besar yaitu 16 responden (50 %) yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dan sebanyak 16 responden (50 %) yang memakai kontrasepsi suntik tiga bulan.

Tabel 5.2 Mean, Median, Modus, dan Standar deviasi peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dan kontrasepsi suntik tiga bulan di Kelurahan Tanjung Gedang Kecamatan Pasar Bungo wilayah kerja Puskesmas I Muara Bungo tahun 2010.

No

Nilai-nilai statistik

Peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan

Peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik tiga bulan

1

Mean

2,31

3,25

2

Median

2,00

3,00

3

Modus

2

2

4

SD

1,195

1,342

Berdasarkan tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa peningkatan berat badan pada akseptor KB yang memakai alat kontrasepsi suntik satu bulan dari 16 responden meannya adalah 2,31 Kg, median 2,00 Kg, modus 2 Kg, dan standar deviasi 1,195 Kg.

Sedangkan untuk peningkatan berat badan pada akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik tiga bulan dari 16 responden meannya adalah 3,25 Kg, median 3,00 Kg, modus 2 Kg, dan standar deviasi 1,342 Kg.

B. Analisa Bivariat

Tabel 5.3 Perbedaan peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dan kontrasepsi suntik tiga bulan di Kelurahan Tanjung Gedang Kecamatan Pasar Bungo wilayah kerja Puskesmas I Muara Bungo tahun 2010.

No

Variabel

Mean

SD

SE

N

P Value

1

Peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan

2,31

1,195

0,299

16

0,046

2

Peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik tiga bulan

3,25

1,342

0,335

16

Berdasarkan tabel 5.3 di atas diperoleh P value 0,046 dan dapat dipastikan kurang dari nilai alpha yaitu 0,05, jadi dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata peningkatan berat badan pada akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dan kontrasepsi suntik tiga bulan di Kelurahan Tanjung Gedang Kecamatan Pasar Bungo wilayah kerja Puskesmas I Muara Bungo tahun 2010 dengan P value 0,046 lebih kecil dari 0,05.

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil bahwa peningkatan berat badan pada akseptor KB yang memakai alat kontrasepsi suntik satu bulan dari 16 responden meannya adalah 2,31 Kg, median 2,00 Kg, modus 2 Kg, dan standar deviasi adalah 1,195 Kg.

Asumsi peneliti bahwa pada penelitian ini responden yang menggunakan alat kontrasepsi suntik satu bulan rata-rata mengalami peningkatan berat badan, hal ini disebabkan oleh karena pada alat kontrasepsi suntik satu bulan terdapat hormon progesteron dan estrogen sebanyak 50 mg.

Sedangkan untuk peningkatan berat badan pada akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik tiga bulan dari 16 responden meannya adalah 3,25 Kg, median 3,00 Kg, modus 2 Kg, dan standar deviasi adalah 1,342 Kg.

Asumsi peneliti bahwa pada penelitian ini responden yang menggunakan alat kontrasepsi suntik tiga bulan rata-rata juga mengalami peningkatan berat badan dan mengalami peningkatan berat badan yang lebih besar dari kontrasepsi suntik satu bulan, hal ini disebabkan oleh pengaruh dari kadar hormon yang ada pada alat kontrasepsi suntik tiga bulan lebih banyak yaitu 150 mg.

B. Analisa Bivariat

Berdasarkan uji T independen didapat P value 0,046 lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,05, jadi dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata peningkatan berat badan pada akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dan kontrasepsi suntik tiga bulan di Kelurahan Tanjung Gedang Kecamatan Pasar Bungo wilayah kerja Puskesmas I Muara Bungo tahun 2010.

Peningkatan berat badan pada pemakaian kontrasepsi suntik satu bulan dan tiga bulan terdapat perbedaan, akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan rata-rata mengalami peningkatan berat badannya adalah 2,31 Kg. Sedangkan pada pemakaian alat kontrasepsi suntik tiga bulan rata-rata peningkatan berat badannya adalah 3,25 Kg dalam kurun waktu satu tahun pemakaian.

Asumsi peneliti perbedaan peningkatan berat badan ini disebabkan karena dosis obat yang diberikan pada saat disuntikan berbeda, pada kontrasepsi suntik satu bulan terdapat hormon progesteron dan estrogen sebanyak 50 mg sedangkan pada kontrasepsi suntik tiga bulan terdapat hormon sebanyak 150 mg. Jadi kemungkinan peningkatan berat badan suntikan yang tiga bulan lebih besar dari yang suntikan satu bulan karena dosis obatnya lebih banyak (http://dhila31.blogspot.com/2010).

Hasil penelitian ini didukung oleh Hanafi Hartanto, 1994 yang mengatakan bahwa pada umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg - 5 kg dalam tahun pertama. Hanafi Hartanto juga mengatakan bahwa terjadinya kenaikan berat badan disebabkan karena hormone progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian kontrasepsi suntik dapat menyebabkan bertambahnya berat badan.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dari hasil penelitian tentang Perbedaan peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dengan kontrasepsi suntik tiga bulan di Kelurahan Tanjung Gedang Kecamatan Pasar Bungo wilayah kerja Puskesmas I Muara Bungo Tahun 2010, Maka diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Distribusi frekuensi responden yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dengan jumlah 16 responden (50%) dan distribusi frekuensi responden yang memakai kontrasepsi suntik tiga bulan dengan jumlah 16 responden (50%).

2. Akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan meannya adalah 2,31 Kg, median 2,00 Kg, modus 2 Kg, dan standar deviasi 1,195 Kg.

3. Akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik tiga bulan meannya adalah 3,25 Kg, median 3,00 Kg, modus 2 Kg, dan standar deviasi adalah 1,342 Kg.

4. Ada perbedaan yang signifikan rata-rata peningkatan berat badan akseptor KB yang memakai kontrasepsi suntik satu bulan dengan kontrasepsi suntik tiga bulan di Kelurahan Tanjung Gedang Kecamatan Pasar Bungo wilayah kerja Puskesmas I Muara Bungo tahun 2010 dengan nilai P value 0,046.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas I Muara Bungo

Diharapkan agar petugas kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas I Muara Bungo agar lebih sering memberikan penyuluhan kesehatan terutama yang berkaitan dengan pemakaiaan kontrasepsi suntik baik satu bulan maupun tiga bulan serta keuntungan dan kerugiannya terutama yang berkaitan dengan efek samping terhadap peningkatan berat badan.

2. Bagi Institusi AKPER Muara Bungo

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur/kajian pustaka dan sumber bacaan yang bermamfaat dalam proses belajar.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber baru untuk peneliti lain dalam penelitian lebih lanjut tentang suntik KB sehingga dapat dijadikan acuan pada peneliti selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar